Yahoo Answers is shutting down on May 4th, 2021 (Eastern Time) and beginning April 20th, 2021 (Eastern Time) the Yahoo Answers website will be in read-only mode. There will be no changes to other Yahoo properties or services, or your Yahoo account. You can find more information about the Yahoo Answers shutdown and how to download your data on this help page.

paoel
Lv 5
paoel asked in Ilmu SosialSosiologi · 1 decade ago

Bila Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga?

Salah satu jawaban Jo membuat saya tersenyum, 'siapakah yg sebenarnya merasa insecure seandainya penghasilan suami lebih rendah dari istri?'

Di sekitar saya banyak sekali ibu-ibu yg menjadi tulang punggung keluarga. Dan kebanyakan, ayah sama sekali tidak mempunyai penghasilan sehingga ibu lah satu2nya pencari nafkah.

Dari kacamata saya sebagai pengamat luar, saya melihat adanya ketidakseimbangan peran dlm keluarga2 tsb.

Dengan berpindahnya peran tulang punggung ke pundak Ibu, ayah tidak secara otomatis menjadi bapak rumah tangga, tetap saja semua urusan rumah tangga dipegang oleh Ibu, mulai dari memasak, belanja, membantu anak dengan tugas sekolah, sampai mengambil rapor.

Saya ingin tau pendapat teman2 yg laki2:

- seandainya istri kalian yg menjadi tulang punggung keluarga, apa yg akan kalian lakukan?

- apakah kalian merasa hal ini akan menurunkan wibawa kalian sebagai kepala keluarga?

silakan teman2 perempuan juga menyampaikan pendapat kalian.

terima kasih sebelumnya.

Update:

@ eby dan orangbaik,

dalam pandangan umum masyarakat, memang laki2 lah yang berperan sebagai tulang punggung keluarga.

Namun apabila kenyataannya istri-lah yang menjadi tulang punggung, bagaimana menyikapinya?

Update 2:

@ Okta,

ngga, ngga salah kok..

bagaimanapun itu pendapat kamu kan..

tapi terus terang ada sedikit kekecewaan membaca jawaban singkat kamu.

btw, TD itu bukan aku yaa...

18 Answers

Rating
  • 1 decade ago
    Favorite Answer

    Hmmm… dengan keterbatasan pengalaman, saya jawab sebatas apa yg masih dlm benak saja.

    Memang konsekuensi dari keadaan ini sangat berat bagi semua pihak, terutama untuk anak-anak, sepatutnya sebisa mungkin untuk mencegah kondisi ini terjadi. Terlepas dari ‘faktor lain’ [baca: ketentuan Tuhan] yg menyebabkan suami/bapak menjadi ‘invalid’ [baca: tidak berfungsi sebagaimana peruntukkannya], seperti misalnya: kecelakaan hingga terjadi kecacatan permanen, sakit parah, dst - artinya bila keadaan masih bisa dirubah, seharusnya tetap diupayakan dgn penuh keyakinan dan usaha sungguh2 ‘keras’ untuk menghidari kondisi [baca: kasus] ini.

    Saya meyakini implikasi psikologis dari kasus seperti ini tentulah sangat berat dan menekan jiwa seluruh anggota keluarga, meski jg ini merupakan ujian yg sarat ‘muatan’ hikmah didalamnya. Jujur,, saya membayangkan betapa beratnya seorang istri bila harus melanjutkan sisa hidup dengan terus berusaha memompa semangat juangnya sembari terus memikirkan ketakutan kehilangan kebanggaan pada pasangan hidupnya; begitupun sebaliknya. Sungguh dibutuhkan keihlasan dan pengelolaan jiwa [baca: niat] yg benar2 matang plus mantap.

    Hmmm…. Bila memang demikian ‘contah-kasus’nya, saya akan :

    1> meminta keihlasan istri untuk memaafkan ketidakmampuan saya sehingga istri terpaksa ikut memikul tanggungjawab yg seharusnya bukan merupakan beban dia.

    2> meminta keihlasan istri untuk tidak bosan2nya memompa semangat juang saya agar lebih giat tidak surut langkah dalam mencari nafkah lebih keras lagi.

    3> meminta keihlasan istri untuk tetap mengutamakan kepentingan keluarga terutama anak-anak diatas segala-galanya, keihlasan menyediakan ‘cukup’ waktu, perhatian dan kasih-sayangnya; keihlasan untuk menyepakati saling pengertian dlm penyesuaian pembagian tugas kerumahtanggaan yg diatur bersama sebagai bentuk kompromi.

    4> meminta keihlasan istri mau berjanji untuk secara suka rela mengembalikan peran [sbg tulang punggung] bila penghasilan saya sudah dapat mencukupi segala kebutuhan; dan kembali pada peran dan fungsi utamanya yakni sebagai ibu rumah tangga dan ratu keluarga.

    5> meminta keihlasan istri tetap setia pada komitmen ‘suci’ dan men’suci’kan masing2 peran dan fungsi yg telah tersepakati.

    Hmm…. Prespektif saya mengenai kewibawaan suami sebagai kepala keluarga sebanding dan sebangun dengan kebanggaan istri sebagai ratu keluarga..

    Semoga berkenan dan ada manfaatnya…

    Thanks.. paoel ;-D

  • .
    Lv 6
    1 decade ago

    Cerita aja :

    Someone dear to me was.

    Setelah bekerja seharian (dari puk 6AM sampai 9PM), beliau masih harus masak, ngurus anak, melayani suami, dengar ceramah suami sampai jam 2AM, masih dapat bonus dipukuli sampai buta sebelah & berkali2 hampir mati serta dituduh berselingkuh dan mencuri uang dari si suami ---- sementara tidak ada satupun kakak adiknya yang membantu & hanya menyalahkan bahwa beliau wanita yang tidak cukup baik. Tidak ada satupun tetangga bahkan aparat hukum yang membela beliau.

    Setiap harinya anak2nya tidak bisa bersekolah tanpa berpikir bahwa saat itu akan jadi saat terakir mereka melihat beliau.

    Waktu sang ayah akhirnya meninggal, tidak ada satupun anaknya yang lega atau bahagia karena ayahnya meninggal tuh (semua anaknya adalah perempuan dan 2 diantaranya feminis).

    Jawab :

    Bukan materi, kecerdasan, gelar atau kekuatan yang membuat laki2 berwibawa & mendapat penghormatan di mata perempuan (feminis atau tidak).

    Bukan hal fisik yang bikin perempuan mencintai & setia pd satu laki2 seumur hidupnya.

    Kalau perempuan terpaksa jadi tulang punggung keluarga, apa yang dibutuhkan perempuan sama halnya seperti laki2 yang bekerja cuma "seseorang yang menjadi tempat untuk pulang".

    Thank's for asking.

    GB.

  • JALU
    Lv 6
    1 decade ago

    Paoel Sahabatku yang Perempuan .

    Aku laki2 dan aku berusaha jujur dengan pendapatku ini .

    Buatku , kalian dengan label Perempuan memang mahluk luar biasa , karena kalian bisa menjadi apa saja yang kalian mau bahkan sesuatu yang tak kalian hendaki .

    Tentunya itu dengan berbagai " persyaratan " .

    Salah satunya adalah kemampuan kalian untuk survive dalam sebuah ikatan hati .

    >Dalam sebuah ikatan perkawinan, rasanya kita semua sepakat tentang apa dan bagaimana peran seorang laki2dalam ikatan itu .

    Itu adalah konsep ideal dalam sebuah ikatan dengan banyak komitmen didalamnya .

    >Tapi sebagai mahluk religius kita juga sangat mengimani bahwa ada kekuatan lain dari kekuatan kehendak kita untuk hidup yang akan kita jalani .

    Dan kekuatan itu bisa saja membawa kita pada kenyataan yang sama sekali berbeda dengan konsep ideal yang kita inginkan .

    >Jika itu yang terjadi , haruskah seseorang menyerah begitu saja dalam perjuangannya dalam mencapai keinginan ??

    > Kita sepakat tentang sebuah alat bantu yang kita sebut "kecerdasan" .

    Maka sebaiknya kita menganalisa semua ini dengan alat bantu itu .

    >Jika seorang laki2 mengabaikan perannya dalam sebuah ikatan perkawinan , sebaiknya itu dilihat sebagai sebuah akibat dari sebuah sebab .

    Dan sebab itu bisa bersumber karena keadaan lingkungan, keadaan diri ( problematik mental ) atau juga sebuah keharusan yang tak terelakan.

    >Jika pengabaian peran dari seorang laki2 disebabkan oleh sesuatu yang bisa dikategorikan sebagai "kesengajaan" .

    maka sebaiknya Perempuan tidak kehilangan haknya untuk tetap mencari dan mendapatkan tahapan ideal yang kita sebut diatas tadi , sekalipun untuk mendapatkan itu sebuah komitmen harus di batalkan.

    >Yang sering ngga masuk akal ( Kalau aku bilang Hebat ) banyak perempuan tidak mengambil kesempatan itu dengan buanyaaaak pertimbangan .

    Salah satu yang paling berpengaruh adalah Anak dan kesiapan mental untuk menyandang gelar baru sebagai perempuan yang lepas dari ikatan perkawinan .

    >Para perempuan akan dengan tiba2 menjadi sangat tangguh ketika berbicara dan bertindak dalam melindungi anak2nya .

    Itu sedikit uraian tentang Perempuan dengan komitmennya.

    Sekarang kita balik lagi ke tanya kamu .

    >Aku akan berterima kasih dan berusaha mengambil peran dalam porsi yang lain untuk menjaga keseimbangan hubungan .

    Dengan catatan situasi yang membuat aku tak lagi bisa memainkan peranku sebagai tulang punggung keluarga , adalah situasi yang memang tak dapat dihindari dan dipahami olehku dan pasanganku sebagai suatu keharusan yang tak kita inginkan tapi tetap harus kita jalani.

    >Wibawa sebagai kepala keluarga ??

    Seharusnya memang tidak .

    Tetapi itu akan menjadi konflik pribadi seorang laki2 dalam menghadapi situasi yang demikian ini .

    Sekali lagi perempuan akan muncul sebagai mahluk hebat , ketika dia harus juga berperan sebagai penjaga stabilitas emosional seorang laki2 untuk tidak kehilangan harga dirinya.

    Analogi dariku .

    >Ketika seseorang mencintai seseorang dengan keindahan phisiknya , dan sesuatu terjadi sehingga keindahan itu hilang , haruskah cintanya juga ikut hilang ?

    Ok ,Paoel ... apapun kalian perempuan memang mahluk hebat . ditangan kalianlah arti kasih sayang akan diturunkan di setiap generasi yang akan muncul kemudian.

    Masalahnya adalah apa yang kalian pahami untuk kehebatan yang kalian miliki.

    Salam

  • 1 decade ago

    Sebenarnya insecurity karena penghasilan istri tidak perlu terjadi

    Seandainya ada satu saja perempuan yang mau jadi istri saya dan kebetulan penghasilannya lebih dari saya, itu bukan masalah dan wibawa saya juga tidak akan jatuh.

    Ini refleksi spiritual saya :

    Genesis 3 :

    17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu (Adam): "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:

    18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;

    19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

    Demikian, (dalam kondisi normal) Tuhan melarang lelaki untuk hidup tergantung secara ekonomi pada istri, akan lebih baik dia bekerja seberapapun rejekinya, memberi nafkah pada anak istri semampunya. Tuhan telah memberi saya otak yang kuat dan dengkul yang pintar, sehingga yakin bisa hidup wajar tanpa harus mengkaryakan istri juga tidak perlu menahan karier istri. Karena wibawa seorang (terutama pria) itu juga ada pada etos kerjanya.

    Dalam falsafah jawa "mending kalah wang timbang kalah wong" (lebih baik kalah dalam harta, daripada kalah harga diri).

    Terima kasih kembali

  • How do you think about the answers? You can sign in to vote the answer.
  • Anonymous
    1 decade ago

    Dari sudut agama Islam dan ekonomi rumah-tangga.

    1.Seorang suami mempunyai empat isteri dan mereka berkerja olih kerana suami berpendapatan rendah. Kemashalatan ekonomi rumah tangga hanya semantara.

    2. Seorang isteri yang mempunyai anak tetapi di ceraikan dan si isteri ikhlas. Anak perempuan kepunyaan suami dan bekas isteri nikah lagi.

    3. Kemudian isteri itu nikah lagi mempunya anak lelaki dan di takdir cerai lagi. Suami kedua memjaga anak itu.

    4. Isteri bolih nikah lagi dan suami ada problem nikah lagi dan apabila anak sudah dewasa mereka pasti memcari ibu. Tidak semesti nya ibu yang menjadi tulang punggung keluarga kerana bekas isteri bolih nikah lagi.

    Source(s): bonikingv
  • 1 decade ago

    menurut saya itulah kesalahn pernikahan yang berkudung pada budaya yang sebenarnya bisa di rubah.

    memang dari dulu, KATANYA laki2lah yang seharusnya menjadi kepala rumah tangga, namun bagaimana bila ternyata antara laki2 dan perempuan yang menikah tersebut saling berkompromi bahwa kepala keluarga itu tidak hanya di pegang oleh laki2 saja namun ada berbagi peran antara laki2 dan perempuan tersebut untuk menjadi kepala keluarga, tergantung dalam hal apa yang dihadapi.

    dalam hal ini masalah finansial misalnya, kalau memang ada kesepakatan sebelumnya bahwa tidak ada siapa yang bertanggungjawab menghidupi siapa, berarti perempuanpun berhak untuk bekerja ataupun menghidupi keluarganya, karena kesepakatan bahwa finansial adalah tanggung jawab bersama dan bukan tanggung jawab salah satu suami atau istri.

    namun, ketika menilik keadaan sekarang, memang semuanya berada di pundak perempuan,

    sudah lelah dia bekerja untuk menghidupi keluarga, di rumah masih saja dia di bebani dengan pekerjaan domestik. dan di sinilah salahnya, karena tidak ada komunikasi dan pembagian peran yang jelas antara suami dan istri.

    kita tidak bisa menyalahkan laki2 secara sepihak ataupun sebaliknya, karena ini adalah salah keduanya...sang perempuan tidak berani untuk mengungkapkan karena selama ini dia di jejali budaya bahwa perempuan, bagaimanapun majunya harus tetap memegang tanggung jawab di bidang domestik dalam rumah tangga...

    dan begitupun laki2, kadang ketika dia sudah dibantu oleh istrinya dengan bekerja, diapun tidak mempunyai inisiatif untuk menggantikan, atau....ya setidaknya membantu istrinya untuk urusan domestik.

    dan itulah yang sering menjadi permasalahan dalam perkawinan bila menyangkut finansial dimana sang istri mempunyai pendapat yang lebih besar ketimbang suami yang sayangnya tidak ada kesepakatan, kompromi ataupun berbagi peran di situ.

    sekian, terima kasih

    ree

  • Anisa
    Lv 5
    1 decade ago

    Memang banyak terjadi, bisa karena suami di PHK, suami tidak dapat kerjaan yang cocok, suami kena penyakit tertentu sehingga tidak bisa bekerja atau sebab lain. Yang jadi masalah bukan hanya istri dapat kewajiban dobel, tapi juga menghadapi suami yang jadi sensi, rewel, rendah diri dan cemburuan karena kondisinya itu.

    Apalagi kalau punya pendapat seperti chibi ariel yang mengatakan bahwa suami harus dilayani wah....ancur deh fisik dan mental si istri. Udah banting tulang jadi tulang punggung keluarga, tidak dibantu urusan domestik, menghadapi suami yang uring2an, masih harus jadi pelayan suaminya yang nggak kerja.......

    Kalau kenyataannya seperti itu mending enggak deh, mana dong katanya saling berbagi dalam susah dan senang, ketika suami susah istri membantu cari nafkah, masak lantas suami nggak mau bantu tugas domestik lainnya apalagi justru uring2an dan nuntut dilayani terus.

  • Anonymous
    1 decade ago

    kalo emang yang mampu nyari duit istri ya gag masalah..,,

    yang penting suami udah berusah untuk bantu mencari nafkah juga..,,

    namanya rejeki qta gag tw mw di berikan sama siapa,bisa aja emang istri yg rejekinya lebih lancar dari pada suami

    kalo semuanya dilakukan oleh istri dari nyari nafkah, urusan rumah tangga, anak, dll itu seh ketrlaluan bgt.,, klo itu menurun kan wibawa bgt..,,

  • Anonymous
    1 decade ago

    Pendapat saya sebagai laki-laki:

    Masing-masing memiliki peran sendiri-sendiri sesuai batas kemampuan masing-masing. Jika ternyata istri memang pandai mencari uang dan lebih agresif, maka bisa jadi tugas utama mencari uang ada di tangan istri.

    Sedangkan sebagai suami, tetapi sebagai kepala keluarga yang mengatur dan bertanggung jawab atas keluarganya. Sebab tugas sebagai kepala keluarga tidak berkaitan dengan tugas mencari nafkah, tetapi sebagai tanggung jawab seorang ayah dan suami.

    Selanjutnya pembicaraan dan kesepataan antara suami dan istri sangatlah penting. Jika memang istri yang menjadi tulang punggung keuangan, maka pembagian tugas rumah tangga dapat dibicarakan dan saling dipahami diantara seluruh anggota keluarga.

    Persoalan yang sering timbul adalah masalah budaya dan masyarakat, dimana Indonesia masih termasuk masyarakat tradisonal dimana nilai-nilai seorang suami dan ayah telah ditentukan secara tradisional, bukan berdasarkan keunggulan dan kemampuannya.

    Jalan keluarnya adalah tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat modern yang telah menerima peran suami dan istri berdasarkan kemampuan dan keunggulannya, sehingga beban-beban moral dan nilai-nilai masyarakat tidak menghancurkan rumah tangganya.

  • 1 decade ago

    nahhh...itulah pembuktian "cinta", kalo dasarnya cinta si istri, akan rela menjadi tulang punggung sekalipun.

    saya sangat yakin, para suami disini, bukan tidak bekerja tapi pendapatan meraka yang memang lebih kecil, dan yakin sekali dibalik senyumnya mereka, ada semangat untuk memberikan yang terbaik u/ istri dan keluarganya.

    RT tak melulu soal uang, ada hal yang tak bisa istri lakukan dan ada hal yang tak bisa suami kerjakan....,

    hm..RT adalah "kerjasama cinta", ada pengabdian, keihklasan, ketulusan, mengarahkan, cinta kasih....

    halaaaaaaaahhhh jadi sok teu he he,

    si gue jg blm merid he he..

    Source(s): tema yg bagus BRo^^....,
Still have questions? Get your answers by asking now.